Usaha peternakan ayam broiler 
(ras) ditinjau dari aspek finansial merupakan salah satu usaha di bidang
 agribisnis yang memberikan keuntungan. Dalam menjalankan usaha ayam 
broiler terdapat dua jenis pengelolaan, yakni dikelola secara mandiri 
(peternak mandiri) dan dikelola dalam bentuk plasma-inti (peternak 
plasma inti). Para pedagang dalam menjalankan usahanya benar-benar 
dikelola sebagai usaha memperoleh pendapatan untuk mencukupi kebutuhan 
sehari-hari. Lain halnya dengan para peternak yang dalam menjalankan 
usahanya relatif kurang memberikan keuntungan, sehingga sebagian kecil 
para peternak dalam melakukan usahanya sebagai usaha sampingan.
      Tataniaga yang efisien adalah sampainya produk ke konsumen akhir 
menurut tempat, waktu, dan bentuk yang diinginkan konsumen dengan biaya 
yang serendah-rendahnya serta adanya pembagian yang adil dari harga yang
 dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang terkait dalam kegiatan 
produksi dan tataniaga  tersebut.
      Efisiensi tataniaga merupakan salah satu komponenen penting dalam 
menciptakan sistem tataniaga yang dapat memberikan keuntungan kepada 
berbagai pihak yang terkait dalam tataniaga ayam, seperti: peternak, 
pedagang dan konsumen. Melalui pelaksanaan tataniaga yang efisien pada 
akhirnya akan berpengaruh pada pembentukan tingkat harga.
     Faktor-faktor yang mendukung terciptanya tataniaga yang efisien 
mencakup: struktur pasar, lembaga tataniaga yang terlibat, dan transmisi
 harga. Pengukuran efisiensi tataniaga pertanian secara umum dapat 
dibedakan secara kualitatif dan secara kuantatif. Ukuran secara 
kualitatif sebagai upaya mengungkapkan keterkaitan tataniaga terhadap 
kesejahteraan masyarakat yang menggunakan pendekatan teknik S-C-P, 
yaitu; market strcture, market conduct dan market performance
 (Sukartawi, 1993). Adapun pengukuran secara kuantatif digunakan 
beberapa konsep antara lain: 1) Elastisistas Transmisi Harga dan 2) 
Marjin Tataniaga.
      Efisiensi tataniaga akan tercipta apabila berada dalam mekanisme 
pasar yang bersaing sempurna dengan besarnya marjin tataniaga konstan. 
Indikator lain yang digunakan untuk mengukur efisiensi tataniaga adalah 
bagian yang diterima oleh peternak (farmer share). Berkaitan marjin 
tataniaga dan efisiensi, Raju dan Oppen (1980-1982) disitasi dalam 
Priyadi (2004) menyatakan terdapat dua ukuran efisiensi tataniaga, 
yaitu: 1) efisiensi operasional, dan 2) efisiensi harga. Ukuran 
efisiensi operasional dicerminkan oleh biaya tataniaga dan marjin 
tataniaga. Efisiensi harga dicerminkan oleh korelasi harga sebagai 
akibat pergerakan produk dari pasar satu ke pasar yang lain. Marjin 
tataniaga lebih sering digunakan untuk analisis efisiensi tataniaga, 
karena dapat menggambarkan penyebaran marjin tataniaga, dan efisiensi 
operasional (Sukartawi, 1993).
A. Tataniaga Ayam Broiler
      Tataniaga yang terjadi pada suatu komoditas tidak terlepas dari 
pengaruh struktur pasar yang terjadi. Di samping itu, pada perdagangan 
ayam broiler (ras) saluran tataniaga dipengaruhi juga adanya produk yang
 dihasilkan secara periodik dan produsen relatif tersebar. Sebagai 
konsekuensinya harga daging ayam sangat dipengaruhi fluktuasi pasokan. 
Secara umum usaha para peternak mandiri ayam broiler, hasil produksinya 
dijual kepada para pedagang pengumpul yang terdapat di desa-desa 
kemudian ke pedagang besar atau ke pedagang-pedagang pengecer yang 
berada dalam 1 wilayah maupun di luar wilayah kabupaten.
Para pedagang besar dalam upaya memperoleh komoditas dagangannya 
memperoleh pasokan dari para peternak dan pedagang pengumpul yang 
langsung datang. Berdasarkan gambar terdapat 5 saluran dalam sistem 
pemasaran ayam ras pedaging (broiler) yaitu:
1. Saluran I : Peternak – P. Pengumpul – P.Eceran – Konsumen
2. Saluran II : Peternak – P. Pengumpul –Konsumen
3. Saluran III: Peternak – P. Pengumpul – P.Besar – P. Eceran – Konsumen
4. Saluran IV: Peternak – P. Besar – P. Eceran– Konsumen
5. Saluran V : Peternak – P. Eceran – Konsumen
Peternak plasma menggunakan saluran I, II, dan III karena peternak 
plasma menjual produksi ayam broiler semuanya dijual kepada pedagang 
pengumpul yang ditunjuk perusahaan inti. Sedang peternak mandiri 
memasarkan produksi melalui kelima saluran pemasaran.
B. Tataniaga Ayam Petelur
      Tataniaga Ayam Kampung petelur
1. Produsen/peternak
2. Pengumpul/pemasok
3. Supermarket Pengecer
4. Konsumen/exportir
Bagi peternak ayam kampung petelur yang bermodal besar dengan produk 
yang kontinu, akan dapat memotong jalur pemasaran, yaitu dengan cara 
menjual langsung ke toko-toko besar atau langsung diekspor. Namun, bagi 
peternak kecil mungkin hal ini masih sulit dilakukan mengingat produk 
yang dihasilkan tidak bisa kontinu dan jumlahnya belum mencukupi. 
Pemasaran lebih cenderung menggunakan jalur lain, misalnya melalui 
pemasok, pengecer, atau langsung ke konsumen.
   Sedikitnya ada lima kemungkinan yang dapat dilakukan oleh petenak, 
yaitu pemasok, pengecer, supermarket, eksportir, atau langsung ke 
konsumen. Dari kelima kemungkinan tersebut yang paling banyak dilakukan 
oleh peternak adalah melalui pemasok, pengecer, atau langsung dijual ke 
konsumen.
   Pemasok terdiri dari pedagang perantara, mulai dari yang kecil, 
menengah, sampai yang besar. Setiap daerah selalu ada pemasokyang dapat 
menampung produksi telur ayam kampung. Pedagang pengecer pun bervariasi 
mulai dari yang kecil hingga yang besar. Mulai dari para pedagang 
sayur-sayuran keliling, pedagang pengecer di pasar, sampai toko-toko 
kelontong dan barang keperluan sehari-hari. Konsumen langsung adalah ibu
 rumah tangga, penjual jamu, atau rumah makan. Penjualan ke toko serba 
ada dan eksportir biasanya hanya dialkukan oleh peternak yang cukup 
besar karena memerlukan kualitas dan kontinuitas produksi yang baik. 
Dalam kasus-kasus tertentu, seringkali para pemasok mendatangi langsung 
para peternak nuntuk mendapatkan telur ayam kampung (Sujionohadi, 2007).

Posting Komentar